FC Barcelona
Talipati_ : "Whatever you give to life, it gives you back. Do not hate anybody. The harted which comes out from you will someday comeback to you. Love others. And love will comeback to you . . ."

Sabtu, 07 Mei 2011

Memories Of Nilam

Sungguh.. 
Masih terngiang suara jeritan hati warga Nilam yang mendambakan sebuah perubahan. Yaa.., sebuah perubahan. Waktu itu aku masih bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang kehutanan, memiliki inisiatif dan rencana kerja yang tertuang dalam program jangka panjang untuk mengubah dan menghidupkan kembali lahan "tidur" yang hanya berdiri semak belukar dan tidak terurus oleh pemiliknya agar menjadi lahan yang produktif dan memiliki nilai manfaat di kemudian hari.

Pertama aku menginjakkan kaki di desa Nilam, Kecamatan Jawai. Aku melihat begitu banyak pohon kelapa di sekitar pekarangan rumah yang begitu sederhana, kanal yang mengular dari arah hulu dan berakhir ke laut, serta hamparan tanaman padi yang hijau tumbuh subur, seolah membuat aku terpesona dengan keindahan desa Nilam yang teduh dan sesekali terpikirkan olehku makna sebuah kedamaian disana.

awalnya,
semua seperti air yang tenang
namun, perlahan mengalir
mencoba mencari asa yang tertinggal
menggerakkan serpihan-serpihan kehidupan
tanpa membuat air beriak dan bergelombang

aku,
mendambakan semuanya
kedamaian, keindahan dan kesejahteraan
tanpa bayang-bayang nista

~ Hario Pamungkas ~
Pada tanggal 14 januari 2009, aku beserta Pak Pian, Pak Kahar dan dua warga lainnya berangkat ke arah hutan untuk melakukan survei batas lahan desa. Dengan berbekal GPS, kamera digital, alat ukur panjang serta kompas manual, kami menyusuri jalan disebelah kanan kanal, menyisiri ke arah hulu sampai akhirnya masuk ke dalam hutan. Begitu kagetnya saya, ternyata di dalam hutan telah banyak warga desa Nilam beraktivitas menebang kayu secara ilegal. Pak Pian pun akhirnya mengatakan kepada saya, "Inilah mata pencaharian mereka. Dan kayu yang mereka tebang dijual ke tempat penadah dengan harga yang tak seberapa". Dengan berbekal gergaji mesin, mereka membabat hutan dengan semaunya. Dan itu dilakukan untuk menghidupi keluarga mereka.

Akhirnya aku sadar, bahwa suasana desa yang teduh itu tidaklah mencerminkan kesejahteraan pada diri masyarakat desa Nilam. Rata-rata mata pencaharian mereka adalah mengambil kayu di hutan dan dijual. Sisanya adalah petani padi, kelapa serta tidak sedikit pula sebagai pengangguran yang tidak jelas kegiatannya.

Sambil bercerita, kami pun melanjutkan survei yang kami lakukan. Tak terasa, malam pun mulai menyelimuti. Kami pun akhirnya menghentikan aktivitas dan mencari tempat untuk beristirahat malam di dalam hutan. Pagi dini hari, kami pun melanjutkan survei kembali sampai akhirnya kami mampu selesaikan kegiatan survei dan kembali ke rumah di siang hari.

Sesampainya di rumah, kami dikejutkan oleh tiga orang yang datang ke rumah dan mengatakan "Sekarang kalian semua harus ikut kami ke kantor kecamatan, karena kalian tadi dicari banyak orang dari beberapa warga desa yang menolak kegiatan kalian". Hatiku pun terguncang mendengar berita itu, ternyata selama kami melakukan survei di hutan, mereka semua melakukan demo untuk menolak aktivitas kami.

Dengan mengenakan pakaian seadanya bekas survei hari itu dan kami pun berangkat menuju kantor kecamatan Jawai. Setibanya disana, "Astaghfirullah" rupanya benar, ratusan pendemo yang hampir keseluruhannya adalah masyarakat di luar Nilam dan kelompok beberapa LSM, telah memadati halaman kantor kecamatan dan berteriak-teriak menuntut kami pergi dari kecamatan Jawai.

Akhirnya, kami pun dengan Pak Camat, Kapolsek, Tokoh Masyarakat, seluruh Kepala Desa di Jawai serta perwakilan dari pendemo melakukan dialog terbuka. Sampai akhirnya disepakati bahwa untuk sementara kami dari pihak perusahaan tidak diperbolehkan untuk melakukan kegiatan apappun di Kecamatan Jawai.

Setelah kejadian itu, saya pun berfikir dan bertanya pada diri sendiri, "Mengapa mereka tidak pernah mau berubah, padahal perusahaan ingin sekali membangun mitra kerjasama dalam bentuk bagi hasil..?? Selain itu juga banyak hal yang bisa membantu mereka seperti banyaknya lowongan pekerjaan, membangun lahan produktif dan tentunya perekonomian di daerah Jawai secara umum bakal lebih baik".   

Aku pun penasaran, mengapa mereka tidak pernah mau diajak kerjasama untuk tujuan yang lebih baik? Usut punya usut, ternyata memang mereka di-backing-i oleh LSM yang memiliki tujuan untuk kepentingan mereka sendiri. Ini terbukti sudah tiga kali perusahaan masuk dan melakukan sosialisasi mengenai rencana kerja dan sistem kerjasama, tiga kali pula mereka berdemo dan menghalangi.

Yahh, harapan aku mudah-mudahan apa yang terbaik bagi desa Nilam akan menjadi kenyataan. Dan sejujurnya, aku sangat merindukan suasana desa Nilam seperti suasana pertama kali aku menginjakan kaki disana, penuh kedamaian.


Facebook Comments : "Silahkan berikan komentar Anda mengenai tulisan saya pada kotak komentar di bawah ini . . ."

0 comment:

Posting Komentar